Sabtu, 28 November 2015

Bahaya...! Jangan Sembarang Minum Obat Herbal dengan Campuran BKO (Obat Kimia)

Halo Apa Kabar Pengunjung liputan7.com?  Semoga Dalam Keadaan Sehat Wal'afiat. 
Bahaya...! Jangan Sembarang Minum Obat Herbal dengan Campuran BKO (Obat Kimia)

Belakangan ini jamu atau obat herbal menjadi primadona dan pilihan masyarakat sebagai alternatif pengobatan, karena dipandang aman dan harganya lebih murah. Hal ini membuat maraknya pertumbuhan industri obat tradisional dengan aneka produknya. Sayangnya, alih-alih memproduksi obat herbal yang manjur dan aman, beberapa di antara mereka berbuat curang dengan mencampurkan komponen obat herbalnya dengan obat-obat kimia, dengan tujuan agar efeknya lebih ces-pleng. Hal ini tidak dibenarkan dalam peraturan pendaftaran dan produksi obat tradisional di Indonesia. 

Setelah melakukan pengawasan sejak bulan November 2013 sampai Agustus 2014, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) menemukan sebanyak 51 produk Obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (OT-BKO), dimana 42 diantaranya merupakan produk OT tidak terdaftar (ilegal). Karena itu, pada tanggal 26 November 2014 yang baru lalu, BPOM menyampaikan siaran pers mengenai beberapa produk jamu yang masuk dalam kategori tersebut dan membatalkan nomor ijin produk-produknya.  


Daftar produk yang masuk kategori tersebut dapat dilihat pada tautan ini.. 




Berdasarkan siaran pers tersebut, diketahui bahwa obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat didominasi oleh jamu penghilang rasa sakit (pegel linu, rematik) dan herbal penambah stamina (obat kuat). Obat kimia yang paling sering dicampurkan adalah parasetamol, fenilbutason, deksametason, antalgin, sildenafil dan tadalafil sitrat. Artikel ini akan membahas bahayanya jika obat-obat kimia tersebut dicampur dalam sediaan jamu/herbal dan digunakan secara jangka panjang.


Parasetamol atau asetaminofen

metabolisme parasetamol/asetaminofen membentuk NAPQImetabolisme parasetamol/asetaminofen membentuk NAPQI


Parasetamol adalah obat penghilang sakit (analgesik) yang sebenarnya aman jika digunakan sesuai aturannya. Obat ini banyak dijumpai pada komponen obat flu maupun sakit kepala. Jika dicampurkan ke dalam jamu, misalnya jamu pegel linu atau jamu rematik, tentu akan meningkatkan kemanjuran jamu tersebut. Jika hanya dipakai sekali dua kali memang tidak berbahaya bagi kesehatan. Tetapi masalahnya, masyarakat pada umumnya menganggap jamu itu aman dan mereka cenderung mengkonsumsi setiap hari. Jika dipakai setiap hari, maka parasetamol akan terakumulasi dalam tubuh. Pada dosis besar, parasetamol dapat merusak hati/liver menyebabkan gangguan liver. Di dalam tubuh, parasetamol akan dimetabolisir menghasilkan zat radikal bebas yang bernama N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI). Dalam keadaan normal, NAPQI akan didetoksikasi secara cepat oleh enzim glutation dari hati. Pada dosis berlebih, hati tidak mampu lagi mendetoksikasinya, dan zat radikal bebas tersebut justru dapat merusak hati.


Fenilbutason juga merupakan obat penghilang sakit (analgesik) seperti parasetamol, tetapi memiliki sifat yang berbeda. Obat ini sebenarnya sudah tidak banyak digunakan lagi karena efek sampingnya yang besar. Obat ini banyak digunakan untuk binatang seperti kuda.  Di Amerika, obat ini bahkan sudah ditarik dari peredaran karena banyak obat baru yang lebih aman. Efek samping khas dari fenilbutason adalah penekanan pada sumsum tulang belakang yang berfungsi menghasilkan sel-sel darah putih, sehingga menyebabkan turunnya jumlah sel darah putih. Penurunan sel darah putih menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi. Selain itu, fenilbutason juga menyebabkan efek samping pada lambung, karena menghambat prostaglandin yang dibutuhkan untuk perlindungan selaput lendir lambung. Penggunaan yang terus-menerus dalam bentuk jamu tentu akan memberikan efek samping yang berbahaya, bahkan bisa menyebabkan perdarahan lambung. Repotnya, pasien tidak merasakan sakit pada lambungnya karena tertutupi efek fenilbutazon sebagai penghilang rasa sakit, namun tahu-tahu mengalami anemia atau tinjanya berwarna hitam (melena) akibat mengandung darah yang sudah kering.


Deksametason adalah obat golongan kortikosteroid yang memilliki efek anti radang yang kuat. Jika digunakan sesuai aturannya, obat kortikosteroid memiliki banyak kegunaan, terutama pada penyakit-penyakit peradangan, seperti rematik, asma, alergi, dan penyakit autoimun seperti lupus, sindrom nefrotik, artritis rematoid, dll. Namun di sisi lain, efek sampingnya cukup luas, antara lain adalah meningkatkan kadar gula darah (meningkatkan resiko diabetes), keropos tulang (osteoporosis), menghambat pertumbuhan anak-anak, menyebabkan gemuk pada bagian tubuh tertentu (wajah bulat/moon face, bahu seperti berpunuk), menyebabkan garis-garis merah di perut (striae), menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi, meningkatkan resiko hipertensi karena menahan garam di dalam tubuh, menyebabkan gangguan lambung (perdarahan lambung), dll. Penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan dan perlu pengawasan tenaga kesehatan yang berwenang. Jika digunakan sesuai aturan, tentu efek-efek samping ini dapat dikelola agar tidak membahayakan. Penghentiannya pun tidak boleh secara tiba-tiba, karena juga dapat membahayakan kesehatan. Mengapa demikian ? Karena selama penggunaan kortikosteroid dari luar, produksi hormon ini secara alami dari tubuh akan terhenti. Jika penggunaan dari luar tiba-tiba dihentikan, tubuh akan kekurangan hormon ini secara normal dan akan terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan, seperti: kadar gula darah turun, tekanan darah turun drastis dari posisi duduk ke berdiri (hipotensi ortostatik), dehidrasi (kekurangan cairan), lemah, lesu, dll. Penggunaan yang tidak terkontrol dalam bentuk jamu tentu dapat meningkatkan risiko kesehatan bagi pasien. Alih-alih sehat, malahan masuk rumah sakit akibat menggunakan jamu bercampur dengan obat kimia.


Antalgin adalah obat penghilang rasa sakit yang juga banyak dipakai masyarakat. Ia bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin yang berperan sebagai mediator nyeri. Hampir sama dengan fenilbutazon, efek samping antalgin yang berat adalah gangguan darah yang disebut agranulositosis, yang berarti berkurangnya jumlah sel darah putih, khususnya neutrofil granulosit. Gejala agranulositosis adalah gampang terkena infeksi, tubuh terasa lemah (tidak enak badan, lemah, pusing, sakit otot), diikuti dengan terjadinya tukak pada membran mukosa, demam dan denyut jantung meningkat.


Sildenafil dan tadalafil adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan ereksi pada pria. Masyarakat mengenalnya sebagai obat kuat untuk pria. Banyak jamu atau obat herbal yang ditujukan untuk meningkatkan stamina pria mengandung sildenafil sebagai campurannya. Sildenafil dan tadalafil adalah obat keras yang semestinya diperoleh dengan resep dokter. Dia bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah penis, sehingga aliran darah ke organ tersebut lancar, sehingga menguatkan ereksi. Tetapi jika dipakai secara berlebihan, apalagi oleh orang-orang yang sedang menggunakan obat-obat antihipertensi yang bekerja melebarkan pembuluh darah juga (vasodilator), maka akan terjadi penurunan tekanan darah secara drastis dan pasien bisa pingsan, bahkan bisa menimbulkan kematian. Efek samping lain obat ini adalah buta warna, sakit kepala, pusing, hidung tersumbat, sampai dengan sakit pada kandung kemih. Alih-alih perkasa, pasien justru bisa terkapar tidak berdaya akibat efek samping obatnya.


Hati-hati memilih produk obat herbal

Dengan paparan di atas, maka dapat dipahami bahayanya mengkonsumsi obat-obat herbal yang dicampur dengan obat kimia tanpa aturan yang benar. Apalagi masyarakat sering berpendapat bahwa jamu itu aman dan bisa digunakan dalam jangka panjang. Efek obat herbal atau jamu memang pada umumnya terjadi secara bertahap (perlahan). Jika terlalu cepat atau terlalu kuat, justru boleh dicurigai adanya campuran dengan obat kimia. Kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati memilih dan membeli obat herbal. Belilah di apotek atau toko obat yang dipercaya. Pilihlah obat herbal yang diproduksi oleh industri farmasi yang sudah cukup dikenal, mereka biasanya tidak berani bertindak kriminal dengan mencampurkan bahan kimia obat ke dalam produk obat herbalnya.

Sumber : leeleebuntz.wordpress.com

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda